Rabu, 27 Mei 2009

BELAJAR MEMAHAMI SEBELUM MINTA DIPAHAMI

 


(Kajian Pergerakan KAMMI KEPRI)
Oleh: M. REDHA HELMI
Sekum KAMDA KEPRI

“Maka disebabkan oleh rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu “. (QS. AI-Imran: 159)

Melayani adalah tugas setiap muslim. la bagaikan seorang dokter yang siap menyediakan obat mujarab sesuai dengan penyakit yang diderita pasiennya (Hasan Al Banna).

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam berbagai deminsi dan kelebihan serta kelemahan yang ada. Ketika kita melihat kebelakang kita akan tahu banyak kisah yang telah terjadi sebelum kita dilahirkan, banyak peristiwa yang telah diceritakan oleh Allah tentang orang-orang yang beruntung dan orang-orang yang merugi, hanya sekarang tinggal kita yang memilih kemana jejak yang akan kita ikuti. Umat ini memiliki begitu banyak sejarah para aktivis dakwah yang telah sukses mendirikan berbagai pergerakan yang sampai saat ini masih kita rasakan dan kita lihat militansi para kadernya serta komitmen yang dibangun olehnya.

Dalam usaha melakukan penyebaran dakwah ini akan banyak hambatan yang akan kita jumpai, mulai dari masalah internal oraganisasi kita sampai pada masalah diluar organisasi kita. Mulai dari masalah ketika mengajak mad’u untuk bergabung dijalan dakwah ini sampai pada pembinaan para mad;u yang telah kita rekrut. Sebagaimana saya samapaikan di atas Rasululla pada 14 abad silam telah mengajarkan kita bagaimana kita harus bersikap dalam memahami mad’u kita salah satunya ada dalam sebuah kisah.
Pada suatu waktu tiba-tiba seorang Badui buang air kecil di pojok masjid Rasulullah. proses saling melayani. Maka, serentak para sahabat bereaksi keras.Tapi perhatikan apa yang dilakukan Rasulullah, beliau mende¬kati dan dengan kelemah lembutan hatinya dan bertanya, “Tidak kah kamu tahu tempat apakah ini?” dijawab olehnya “Tidak”. Kemu¬dian ditanya lagi “Apakah kamu tahu apa hukumnya air kencingmu?” dijawab olehnya “Tidak tahu”. Maka segera ia meminta salah seorang sahabat untuk membersihkannya.

Begitulah Rasulullah bersikap. la mema¬hami dahulu suasana hati orang Badui tersebut. Sebelum kemudian memberi pengarahan dan penjelasan.Itulah yang disebut dengan mela¬yani dengan hati. Melayani dengan hati adalah menumbuhkan sikap empati, berusaha mema¬hami, baru minta dipahami.

Berusaha melayani dengan hati, artinya kita harus membawa diri kita seperti orang yang ada dihadapan kita, memahami apa yang dibutuhkan oleh manusia di depan mata kita. Kata kunci dalam meIayani dengan hati ini adalah komunikasi. Tampilkan sebaik mung¬kin, jelas, dan lemah lembut serta senantiasa bersedia menyiapkan telinga untuk mende¬ngar keluhan atau kebutuhan orang lain. Sebagaimana kata hati dalam bahasa Inggris ialah Heart yang kalau dipisah menjadi Hear dan Art, berarti seni mendengarkan.

Ini adalah salah satu kisah yang digambarkan oleh rasullah ketika menghadapi objek dakwahnya. Bagaimana dengan kita sekarang? Sudahkah kita memahami objek dakwah yang ada didepan mata kita? Dalam kesehariannya kita sering kali lupa dan lalai untuk melakukan hal yang satu ini. Kita lebih banyak meminta orang untuk memahami kita sementara kita tidak bisa memahami orang lain. Kita bisa bayangkan ketika itu terjadi pada organisasi dakwah ini, sudah barang tentu organisasi ini akan rapuh dan tidak akan mempunyai ketahanan.

Belakangan ini kita melihat pergerakan organisasi dakwah ini sedikit demi sedikit mulai memudar, kader yang demikian banyaknya hilang satu persatu. Kebersamaan yang diikat oleh aqidah tidak lagi menjadi kekuatan dan jiwa organisasi ini. Berkaca pada firman Allah yang tercantum pada pembukaan tulisan ini maka perlu kita telaah kembali dan melihat kebelakang bukan berarti kita harus mundur, tapi kita harus memplajari peristiwa yang telah kita lalui pada waktu yang lalu.

“Maka disebabkan oleh rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikop keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu “. (QS. AI-Imran: 159)

Ayat diatas sudah jelas menggambarkan kepada kita sekiranya kita bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Hati ini kadang bertanya apakah ini karena sikap kita yang terlalu egois dengan pendapat kita sendiri atau apakah ini karena ulah kesombongan kita dalam memimpin? Apakah ini karena bahasa komunikasi kita yang masih belum tepat? Atau adakah hal lain yang terjadi dalam oraganisasi ini?

Saudarku, marilah kita kembali memulai langkah dakwah kita ini dengan kembali meluruskan niat kita. Dakwah ini akan tetap ada dan terus berjalan, jangan jadikan kita sebagai penghalang dan penyebab kemunduran dakwah ini. Cukuplah yang lalu menjadi pelajaran berharga bagi kita. Marilah kita kembali membangun rasa persaudaraan iman kita agar kita lebih kokoh sebagaiman persaudaraan iman antar kaum muhajirin dan anshar, persaudaraan yang tidak dibatasi oleh talian darah, keturunan, ras dan suku. Semoga kedepannya kita akan menjadi orang yang lebih baik.

BELAJAR MEMBANGUN KEMAMPUAN MECINTAI

  Cinta adalah gagasan tentang bagaimana membahagiakan dan menumbuhkan orang lain. Selanjutnya adalah kemauan baik yang menjembatani gagas...